Tak lekang dimakan zaman, seperti itu lah gambaran besek. Besek sendiri merupakan wadah tradisional dari bambu yang biasa digunakan untuk membungkus makanan. Sekedar info nih, besek sudah dikenal oleh masyarakat kita sejak era Hindu-Budha di Nusantara, loh!
Besek dalam kamus Jawa Baoesastra Djawa tahun 1939 yang ditulis oleh WJS Poerwadarminta, yaiuku araning wadhah saemper tumbu nanging cilik serta nganggo tutup. Artinya, wadah sejenis tumbu atau wakul wujudnya kecil serta ada tutupnya.
Wah, luar biasa sekali ya bisa eksis sampai sekarang. Kita patut bangga loh sobat Mbumi!
Sekarang ini, muncul tren untuk hidup lebih dekat dengan alam dengan menggunakan kemasan berbahan alami dan ramah lingkungan. Kemasan atau wadah berbahan plastik yang bersifat sekali pakai dinilai berkontribusi terhadap pencemaran lingkungan dan peningkatan sampah. Kalau udah begini, pastinya berdampak bagi kelangsungan makhluk hidup. Ngeri!
Tapi jangan khawatir, kita masih bisa kok meminimalisasi dampak lingkungan akibat sampah plastik dengan menggunakan besek.
Besek menjadi kemasan alternatif yang paling banyak dipilih karena memberi kesan alami, ramah lingkungan, unik, dan mewah.
Selain itu, munculnya peraturan Kementerian Lingkungan Hidup untuk menjadikan besek sebagai kemasan, mendorong naiknya penggunaan besek. Peraturan pemerintah ini menjadi stimulus bagi masyarakat untuk lebih aware dengan permasalahan sampah, khususnya plastik, serta meningkatkan ekonomi masyarakat pengrajin besek.
Hal ini juga yang sekarang dilakukan oleh Akta Bumi, komunitas yang bergerak di bidang lingkungan dan pemberdayaan masyarakat, di Desa Tegaren, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur. Sebagai desa yang penduduknya bekerja sebagai penghasil besek, Akta Bumi melihat ini sebagai peluang untuk berkontribusi dalam mencari solusi untuk meminimalisasi sampah plastik dan meningkatkan ekonomi masyarakat desa tersebut melalui program Besek untuk Kurban (Bekurban).
Program Bekurban merupakan program bertajuk cinta lingkungan yang dilakukan saat Idul Adha dengan mengganti wadah pembungkus daging kurban dari plastik ke besek. Program ini sudah berjalan mulai tahun 2019. Sejak 2019-2022, Akta Bumi telah berhasil mendistribusikan total lebih dari 8000 buah besek.
Seiring berjalannya waktu, fungsi besek tidak hanya sebagai kemasan untuk membungkus makanan saja. Banyak dari besek-besek itu dibuat sebagai hiasan, sering kita sebut dengan “Besek cantik”.
Nah, ini adalah kerajinan besek yang sekarang sedang dikembangkan oleh masyarakat Desa Tegaren. Harapannya dengan diversifikasi produk besek ini dapat meningkatkan ekonomi desa, melestarikan kearifan lokal, dan mengurangi sampah plastik yang kita keluarkan dengan menggunakan besek sebagai alat penunjang kehidupan sehari-hari.
Artikel ini ditulis oleh Habib Rosyidi (Pegiat Akta Bumi)